Bukan.. bukaaaaan!
Ini emang judulnya Reply 1998, bukan typo mau nulis 1988. Ya karena ini bukan drama Korea tahun 2015 yang sampai saat ini masih jadi drama terbaik dan terfavorit di hatiku hehe. Tapi, tulisan ini emang terinspirasi dari drama itu.
Serial "Reply 1988" menceritakan sebuah kehidupan masyarakat di gang Ssamundong tentang persahabatan, keluarga, dan cinta yaaaaaaaaaang seluruh scene-nya relatable banget dengan kehidupan sehari-hari. Tiap episodenya selalu sukses bikin aku ketawa, nangis, ketawa lagi, nangis lagi. It's touchin' my heart dah pokoknya.
Vibesnya Reply 1988 itu membuat aku mengingat kembali memori di Lr. Akasia, tempat tinggalku semasa kecil dulu. Di lorong itu, aku menghabiskan masa kecil bersama teman-teman. Ande (M. Andrian P.) yang beda 11 hari dari aku tapi pertama kali ketemu kenalannya minta dipanggil kakak, Yuk Ina (Dina P.S) yang sebenarnya hanya beda 6 bulan dari aku tapi minta dipanggil ayuk (kakak perempuan) karena badanku lebih kecil dari Yuk Ina (bahkan paling kecil diantara mereka), Eva.. my favorite sister ever after (Eva ini sebenarnya adik kandungnya Ande, tapi aku merasa yang jadi kakaknya karena sesayang itu sama Eva, hehe), sama satu lagi: Almh. Novi yang sering kena bully dengan alasan susah diajak komunikasi :( padahal anaknya hanya down syndrome. Oh, Tuhan... kalo ingat Novi bawaannya jadi sedih, Al-Fatihah untuk Almh. Novi bt Fedrik.
Sebenarnya kami dulu ga hanya main sama anak lorong Akasia aja, ada juga anak dari lorong sebelah, tapi aku lupa nama lorongnya. Ada Joshua, nasrani yang taat tapi hapal surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas, Debby yang suka puji-pujian, Ucu alias Abdurrahman alias GusDur yang kecil nan menggemaskan, Maya si pecinta Saras 008 dan takut diculik om-om bermobil Jeep, Agung yang hobinya menembak dan berhayal jadi fotografer, dan Desi yang suka main boneka.
Tapi diantara mereka semua, teman-teman seumuran yang paling dekat dan paling sering main bareng denganku adalah Ande dan Yuk Ina. Ande tinggal tepat di sebelah rumahku, dan Yuk Ina tinggal tepat di depan rumah Ande. Sebagai seorang Libra yang lahir di tahun 1995, ingatanku tidak begitu baik sampai aku berusia 3 tahun, yaitu di tahun 1998.
Ki-Ka: me, ivan, yuk ina, ande |
Awalnya, di lorong Akasia itu, hanya aku dan Yuk Ina yang sering menghabiskan waktu bersama. Yuk Ina anak orang kaya. Mama dan Papanya adalah abdi negara, pamannya seorang dokter, kakeknya pensiunan yang tajir melintir. Hidupnya mewah sejak dini. Dia punya segala jenis mainan yang terbaru yang tidak aku punya. Dakochan, Barbie, Lego, Hexagon hologram bergambar Pokemon, Game Board mahal, dan masih banyak lagi. Beruntungnya aku bisa merasakan mainan-mainan mahal itu karena Yuk Ina :) Sejak kecil, gizinya tercukupi. Selain lauk pauknya yang sehat, Yuk Ina juga rutin minum susu dan selalu diberi multivitamin Sakatonik ABC oleh Mamanya.
Di tahun 1998, datang anak pindahan yang menempati rumah kosong di sebelah rumahku. Namanya Ande. Waktu pertama kali dia dan keluarganya datang, kami berkenalan.
"Kakak. Kakak Ande." ucapnya sambil menyodorkan tangan kanan. Sedikit songong tapi terlihat sangat keren bagiku.
"Nini." jawabku yang sebenarnya saat itu menyebutkan nama Rini, tapi karena dari kecil aku cadel huruf R, jadilah terdengar Nini.
Mulai hari itu, kami menjadi akrab. Aku, Yuk Ina, dan Ande. Sudah bertambah anggota main Legonya. Sama seperti Yuk Ina, Ande juga berasal dari keluarga yang sejahtera. Mama dan Papanya juga sangat perhatian padanya. Eh, bukan.. bukan hanya padanya. Tapi juga padaku dan Yuk Ina. Begitu juga dengan Mama dan Papa Yuk Ina. Di lorong itu, semua orang dewasa sangat akrab seperti saudara kandung. Sering bertukar mangkuk makanan, atau membawa oleh-oleh untuk semua penghuni lorong jika dari berpergian. Atau saat hujan tiba, yang ada di rumah mengangkatkan jemuran tetangga yang sedang tidak di rumah, dan banyak perhatian-perhatian kecil yang terbentuk diantara penghuni Lr. Akasia ini.
Saat Mama dan Papa Yuk Ina pergi, tak jarang Yuk Ina dititip ke rumahku, atau sebaliknya. Saat Ayah Ibuku pergi, aku biasanya dititip ke orangtua Yuk Ina atau Ande untuk diawasi.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, Yuk Ina dan keluarganya pindah. Kami berpisah. Di lorong itu hanya Ande, Eva, dan Novi yang bisa diajak main. Eva masih kecil dan Novi jarang keluar rumah. Agak sedih sih kehilangan Yuk Ina. Atmosfer lorong itu sedikit berubah dan tidak terasa aku dan Ande masuk sekolah untuk pertama kali dalam hidup kami, TK Pertiwi Kayuagung.
Kehidupan kindergarten-pun dimulai. Aku yang cupu dan pemalu selalu terbiasa bangun pagi, sudah siap pergi ke sekolah. Tidak pernah terlambat. Tapi tidak dengan Ande. Anaknya suka marah-marah karena tidurnya belum cukup, sehingga Mamanya kesulitan untuk membantu Ande bersiap-siap ke sekolah. Kalau aku tidak naik bis sekolah, aku nebeng Ande. Yaa tapi, kalo nebeng dia mah seringnya terlambat wkwk.
Ada banyak hal yang ingin aku tuliskan disini, tapi pasti tidak akan cukup. Singkatnya, tibalah saatnya keluarga kami yang pindah rumah meninggalkan komplek itu, meninggalkan lorong Akasia. Saat itu aku masih kelas 5 SD dan sejak saat itu, aku sudah jarang bertemu teman-teman karena rumah baruku jauh dari keramaian. Tapi Ande dan Eva masih sering main ke rumah baruku. Kami bersepeda di jalanan yang sepi, main basket dan berpura-pura jadi tokoh film Heart, Eva jadi Luna si Peri cantik, aku jadi Rachel, dan Ande jadi Farel. Itusih maunya Eva, karena aku juga suka tokoh Luna wkwk. Kami menghabiskan waktu seharian untuk bermain kalau Eva dan Ande sedang berkunjung ke rumahku.
Sampai saat aku dan Ande kelas 9 SMP, Ande bertanya kenapa aku ingin masuk SMAN 1. "Yaa, karena ada drumband-nya lah" jawabku waktu itu tanpa pikir panjang. Jawaban yang pada akhirnya menjadi tekanan bagiku karena tes masuk SMAN 1 tidak semudah yang aku kira :( Aku benar-benar selfish tanpa bertanya balik ke Ande tentang sekolah impiannya saat itu. Ternyata Ande memilih masuk sekolah kejuruan dibanding SMA. Kalau diingat-ingat, aku dan Ande tidak pernah satu sekolahan selain di TK. Tapi biar begitu, kami tetap berteman akrab bahkan lebih dekat dari sekedar tetangga. Sudah seperti saudara kandung. Mungkin karena dari kecil kami dididik dan dibesarkan bersama-sama, jadi untuk saling memahami dan berbagi itu sudah biasa bagi kami.
Ada satu kenangan yang menyedihkan bagiku. Waktu SMA, Ande sempat dirawat di Rumah Sakit yang ada di Jakarta untuk menjalani pengobatan. Aku merasa sedih sekali, ternyata temanku yang dari kecil selalu bahagia, narsis, dan kadang suka semaunya, bisa merasakan kesakitan :( Alhamdulillah operasinya berjalan lancar dan segera pulih.
Kenangan selebihnya adalah kenangan bahagia. Ande adalah sosok teman sekaligus saudara yang baik. Aku bersyukur Allah kirimkan Ande dalam hidupku sejak kecil hingga saat ini. Orang yang selalu perhatian dan rela direpotkan di segala hal. Orang yang bisa diandalkan disaat kepepet maupun saat santai. Orang yang punya kepribadian di atas rata-rata, baiknya melebihi peserta CPNS dengan skor TKP sempurna, baiknya Ande di atas sempurna. Penyayang dan selalu peduli sama keluarga dan teman-teman. Meskipun dulu saat kecil, dia orangnya kadang ngeselin, sekarang sama sekali tidak. Dia bahkan kini bisa jadi teman diskusi karena pikirannya sangat dewasa dan terbuka. Deep talk sama dia tuh bisa lupa waktu karena dia orangnya pendengar dan penasihat yang baik dan selalu memfokuskan masa depan, bukan masa lalu.
Meskipun hari ini bukan hari ulangtahunnya, harapanku untuk Ande adalah semoga kelak ia mendapatkan perempuan yang tidak membuatnya repot dan selalu perhatian padanya dan keluarganya. Karena Ande deserve the world, he deserve to be happy. Huhuu ga rela Ande menikah duluan. Satu lagi deh harapanku: "Semoga Ande tidak menikah duluan sebelum aku menikah hehee." Ga siap kehilangan Ande :")
0 Comments:
Posting Komentar