Tak ingat lagi kapan terakhir kali aku mencium tangannya. Iyek, begitu kami memanggilnya, ayah dari ayahku ini adalah mantan chotib di desa kelahiranku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya.
Masih terbayang aku pada kejadian sembilan tahun yang lalu, ketika itu aku kelas 4 SD. Aku kembali meraih juara 1 kelas, iyek mencium pipiku dengan penuh bangga dan sayang.
Begitu cepat tahun berlalu. Akupun terlalu sibuk dengan urusan sekolahku-- mengejar cita-cita. Semakin hari aku jarang mengunjungi iyekku di kampung. Ajakan dari orangtuaku pun sering aku tolak, karena banyaknya tugas sekolah atau dengan alasan lain. Semakin bertambahnya usiaku, semakin jarang pula aku menemui kakekku satu-satunya di dunia ini (Ayah dari ibuku sudah dulu dipanggil Allah Swt.).
Kini usiaku sudah semakin bertambah, pun dengan iyek. Iyek sudah sangat tua. Dan kemarin lusa (10/2) Allah memanggilnya. Iyek sudah tutup usia. Tak tahu berapa banyak air mata ini terjatuh. "Iyek, begitu cepatkah engkau pergi? Bahkan aku belum sempat melihatmu lagi. Andai waktu dapat kuulang kembali, aku takkan membiarkanmu pergi sebelum aku memelukmu untuk yang terakhir kali."
Kini, yang tersisa hanyalah fotomu- yang masih bisa kulihat dikala aku rindu. Yaa seperti saat ini, aku rindu denganmu.
Air mata ini terus saja mengalir, sekalipun aku tau tak ada gunanya aku menangis. Yang ada penyesalanku terus bertambah. Iyek, aku tau ini sudah digariskan oleh-Nya. Disinilah akhir hidupmu di dunia. Dan aku percaya, rencana Allah selalu indah. Iyek, meskipun aku menangis melepas kepergianmu, namun aku bahagia karena engkau telah menemui-Nya. Dan seolah aku merasa, nyek tersenyum karena dapat berjumpa denganmu lagi :')
Selamat jalan, iyek... semoga tenang :)
Sayaaaaaaaang iyek-nyek :*
0 Comments:
Posting Komentar